Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Macam Tema Puisi Dan Misalnya Dengan Klarifikasi

Kita telah membicarakan perihal apa itu puisi dan apa saja ciri-cirinya.

Kita juga telah membaca aneka macam contoh puisi tentang ibu, Sahabat, Alam, dan lain sebagainya.

Walaupun banyak macam puisi bergotong-royong puisi terdiri atau dikelompokkan dengan beberapa tema.

Apa yang dimaksud dengan tema puisi?

Tema puisi yaitu gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair lewat puisinya.

Tema mengacu pada penyair.

Pembaca sedikit banyak mesti mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.

Karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.

Macam-Macam Tema Puisi


wacana rindu, cinta, cemburu, ataupun ketidakpuasan.

Beberapa nyanyian pop liriknya ibarat puisi. Kebanyakan nyanyian pop bertemakan cinta antara pria dan perempuan.

Di dalam puisi lama atau pantun kita juga mengenal tema cinta yang berupa pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perpisahan, dan pantun beriba hati.

Dari jenis-jenis pantun itu dapat dinyatakan bahwa tema cinta kami juga meliputi putus cinta atau duka karena cinta.

Puisi puisi rendra banyak yang bernuansa cinta, khususnya bagian pertama kumpulan puisi/empat kumpulan sajak/yang berjudul "romansa" dan "surat terhadap bunda perihal calon menantunya".

Berikut ini beberapa pola puisi yang bertemakan cinta kasih antara pria dengan wanita.


Surat Cinta

Kutulis surat ini
kurun hujan gerimis
bagai suara tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kurun langit menangis
dan dua ekor bebek
bercintaan dalam bak
bagai dua anak nakal
jenaka dan anggun
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kamu menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke tampang
dan tak kan kunjung diundurkan


Selusin malaikat
sudah turun
di kurun hujan gerimis
Di tampang kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan busana pengantin yang cantik
bunga-bunga serta keris keramat
saya ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih jelek
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa

Semangat kehidupan yang berpengaruh
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan mistik
berbagi seribu jaring
menyergap hatimu
yang senantiasa tersenyum padaku


Engkau ialah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
saya menjaringmu
saya melamarmu


Kutulis surat ini
abad hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan anggun
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki bandel
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau

menjadi ibu anak-anakku !

(Empat Kumpulan Sajak, 1961)

Rendra memiliki keunggulan dalam menciptakan simbol simbol atau lambang pada puisi cinta nyanyi.

Seperti telah dijelaskan di depan kenapa ngabarin pertama menyebutkan hujan gerimis yang artinya kesedihan yang diderita sebab cinta kedua remaja tidak direstui orang tua si gadis.

Ungkapan tambur mainan anak peri dunia yang mistik berbagi kekuatan cinta dua sejoli itu yang sangat mendalam.

Bait kedua menawarkan meskipun "langit menangis" artinya kesedihan karena cintanya tidak direstui makin besar, namun dua sejoli itu makin mendalam cintanya mirip percintaan dua ekor belibis/bercintaan dalam kolam/mengibaskan ekor/serta menggetarkan bulu-bulunya.

Kadang cintanya yang makin mendalam, maka penyair menyatakan melamar “dik narti”-nya.

Bait ketiga dengan lebih terperinci menunjukkan kekuatan dan keajaiban cinta antara sang penyair dan dik narti yang diungkapkan selaku :

Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke tampang
Dan tak kan kunjung diundurkan

Bait selanjutnya memberikan kekaguman penyair kepada kekasihnya, seorang penyanyi seriosa terkenal di yogyakarta.

Oleh sebab itu dia menyebutnya dengan putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin bahari mendesahlah bagiku.

Bait berikutnya menyatakan bahwa cinta penyair betul-betul lapang dada sehingga dia berniat menyebabkan dik narti selaku istri dan berharap mendapatkan anak darinya.

Penyair menyatakan hal itu dalam larik kuingin dikau/menjadi ibu anak-anakku!

Cinta antara laki-laki dan wanita mampu juga memperlihatkan kedukaan sebab perpisahan.

Hal itu dikemukakan oleh chairil anwar dalam puisinya "senja di pelabuhan kecil dan dapat yang sebagian baik yang berbunyi selaku berikut:


Senja Di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah renta, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan sekarang tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali datang di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


Isi puisi ini yaitu kesedihan mendalam yang dialami penyair sebab harus berpisah dengan kekasihnya, Sri Ayati.

Ada tiga bait puisi yang makin kebawah makin tinggi tingkat kesedihannya hingga mengungkapkan sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan/dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu terdekap.

Gaun kesedihan oleh kegagalan cinta itu menggema hingga jauh ke pantai ke-empat (tangisnya terdengar).

6. Tema Kerakyatan Dan Demokrasi


Tema kerakyatan/demokrasi mengungkapkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan alasannya bahu-membahu rakyatlah yang menentukan pemerintahan suatu negara.

Puisi Hartoyo andangjaya berikut ini mengungkapkan betapa pentingnya rakyat dalam pemerintahan sebuah negara:

Contoh puisi dengan tema kerakyatan:

Rakyat

Rakyat yaitu kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tersayang
jutaan tangan mengayun bareng
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang melakukan pekerjaan

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua yakni dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat yaitu kita
beragam bunyi di langit tanah tercinta
bunyi bangsi di rumah berjenjang bertangga
bunyi kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
bunyi kecak di muka pura
bunyi tifa di hutan kebun pala
Rakyat yakni suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di muka semesta
di darat
hari yang beringat
gunung kerikil berwarna coklat
di maritim
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan angin ribut
Rakyat yaitu puisi di wajah semesta

Rakyat adalah kita
darah di badan bangsa
debar sepanjang era

(Buku Puisi, 1973)

Dalam puisi ini dinyatakan bahwa rakyat sungguh berkuasa bahkan disebut darah ditubuh bangsa/debar sepanjang kala.

7. Tema Keadilan Sosial (Protes Sosial)


Tema puisi lainnya yakni tema keadilan sosial.

Tema keadilan sosial ditampilkan oleh puisi-puisi yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas.

Puisi jenis ini juga disebut puisi protes sosial sebab mengungkapkan protes kepada ketidakadilan di dalam masyarakat yang dikerjakan oleh kaum kaya hadapan penguasa tanda bahkan negara kepada rakyat jelata.

Puisi-puisi mirip Wiji Thukul, Rendra dan F Rahardi memiliki nuansa tema keadilan sosial.

Contoh puisi bertema keadilan sosial.

Puisi Rendra berikut ini menawarkan protes kepada ketidakadilan yang terjadi antara burung kondor dalam rakyat jelata yang miskin dengan mastodon atau pejabat kaya yang korup.

Sajak Burung-Burung Kondor – WS Rendra

Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kesejahteraan bagi orangnya.

Para tani – buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.

Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para hebat ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengantarkondom.

Penderitaan mengalir
dari parit-parit paras rakyatku.
Dari pagi hingga sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya bermetamorfosis burung kondor.

Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana menerima hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam murka menjerit,
bergema di tempat-tempat yang sepi.

Burung-burung kondor menjerit
di batu-kerikil gunung menjerit
bergema di tempat-daerah yang sepi

Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-watu,
mematuki watu-watu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.

Dalam puisi di atas dikemukakan bahwa rakyat jelata yang miskin Yani burung-burung kondor tidak menerima rezeki dikarenakan telah dikuasai oleh para mastodon.

Responden ialah sejenis gajah purba yang sangat besar yang melambangkan penguasa atau pejabat serakah yang ingin berkuasa terus.

8. Tema Pendidikan Budi Pekerti


Puisi puisi angkatan balai pustaka hingga angkatan 1945 pada umumnya ditulis oleh para guru.

Karena itu, tema pendidikan dan kecerdikan pekerti begitu berpengaruh ditampilkan oleh generasi ini.

Dalam puisi nama, gurindam tergolong bentuk puisi yang mengemukakan anjuran .

Contoh puisi dengan tema pendidikan:

Menyesal

Pagiku hilang telah melayang
Hari mudaku telah pergi
Kini petang tiba membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku ceroboh di pagi hari
Beta lengah di kala muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Ah apa guna kusesalkan
Menyesal renta tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti


Penyair menasehatkan bahwa kaum muda harus menyiapkan diri menyongsong periode depan.

Hal tersebut terkandung dalam bait terakhir atur barisan di hari pagi/menuju ke arah padang bakti!

Puisi karya Asrul Sani yang berjudul "surat dari ibu tanda putih juga bertemakan pendidikan.

Yaitu puisi yang berisikan saran seorang ibu terhadap anaknya biar mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin di masa muda.


Ref:
https://penyair.wordpress.com/2009/08/07/sajak-burung-burung-kondor-ws-rendra/

Posting Komentar untuk "Macam Tema Puisi Dan Misalnya Dengan Klarifikasi"