Puisi Galau Yang Menjamah Hati Tentang Rindu Patah Hati #210
siapakah kau
yang tiba kepadaku
menyisakan bayang-bayang
rindu, lalu kau pergi
tak memperdulikan diriku.
.
.
yang tiba kepadaku
menyisakan bayang-bayang
rindu, lalu kau pergi
tak memperdulikan diriku.
.
.
pola puisi bingung. Akan ada banyak puisi lainnya yang bertemakan kekhawatiran. Entah alasannya adalah cinta, rindu, ataupun patah hati.
Inilah kehidupan yang tak selamanya indah. Terangkum dalam puisi galau untuk menemanimu, sahabat-sahabatku.
Di antara ranting-ranting sunyi.
Melangkahkan kaki
Tapi hati cuma ingin berdiam diri.
Engkau telah pergi.
Maka aku sepi. Sendiri. Di sini.
Sebuah puisi.
Lalu kukirimkan padamu,
Seperti dahulu.
Tapi apa dayaku
Engkau bukan untukku.
Yang bisa runtuhkan
Rasa setia.
Siapakah beliau
Yang bisa mencuri,
Kerinduan dalam hati.
Janjimu musnah
Tak ada lagi saya berharap
Agar engkau kembali.
Untuk rayuan dan kata dusta.
Terimakasih
Berikan saja semuanya
Untuk ia yang kau cinta.
Aku?
Aku tak memerlukan itu semua.
Jika itu memang inginmu.
Untuk apa di sini
Jika hanya melukai hati.
Pergilah.
Aku tak akan memaksa;
Memaksamu menyakitiku lagi.
Meski tanpamu.
Karena aku tahu
saya pernah hidup
meski tak mengenalmu.
Biarkan diriku
Jangan pernah lagi mengusik.
Sebab saya tahu
Aku bisa hidup
Tanpamu, sarat bahagia.
Alangkah nestapa untuk mereka yang tak pernah mencicipi rindu. Sebab rindu ialah sebuah rasa. Ia menggelisahkan namun menggembirakan.
Rindu itu menjinjing murung sekaligus suka cita. Oleh alasannya itulah, akan dituliskan bait puisi galau yang disebabkan oleh rindu.
Di tepi jendela.
Memandang jauh ke depan,
Berharap engkau akan tiba.
Puas telah diri menanti
Puas telah raga menunggu
Menanti engkau kembali.
Bergerintik jauh menitik
Ke lantai jiwaku.
Dalam tenang,
Aku mendengar jiwaku berkata,
Bahwa saya mesti setia,
Meski hari ini
Engkau tak pernah mengirim gosip.
Usah kamu gundahkan.
Aku di sini
Tetap menanti. Apapun yang terjadi.
Tenanglah
Dalam juangmu.
Bangun era depan kita,
Menatanya serapi mungkin.
Dan jika waktunya tiba,
Tentu kita akan kembali bareng
Dalam suasana yang lebih senang.
Kan kujaga setiaku ini.
Kurawat sebaik mungkin,
Bagai sekuntum bunga,
Agar tetap bersemi
Harum dan berseri.
Kan kujaga cinta ini
Apapun yang terjadi.
Agar tetap mengalir
Laksana mata air
Yang bergeranjas
Di puncak perbukitan.
Bukan pula melihat gambarmu,
Yang kuingin,
Agar engkau bersamaku.
Aku ingin erat
Menatapmu pribadi,
Menyentuhmu...
Maka bersamamu
Betapa manisnya itu.
Adakalanya kata-kata tak cukup menggambarkan. Cerita tak cukup untuk mengerti.
Tapi hanya dengan puisi kekhawatiran itu mengejewantah. Maka dengan puisi yang menyentuh hati ini, mari kita teteskan air mata ke dalam. Agar jiwa kian bijaksana.
Sedih hatiku
Saat kau tidak mau mengerti.
Bahwa
Jiwaku lelah, letih sekali.
Hatiku sakit, sakit sekali.
Saat kamu berkata
Bahwa kau tak lagi yakin lagi.
Padahal cintaku cuma untukmu,
Setiaku kuberikan seutuhnya. Dan rinduku tak pernah kuberikan kecuali cuma untukmu.
Seandainya engkau tak percaya,
Maka biarlah Tuhan yang melihat,
Bahwa cintaku ini utuh kuberikan untukmu.
Bangunan cinta ini sudah kita jalin
Berhari-hari lamanya.
Aku tak ingin merobohkan
Hanya alasannya murka sesaatmu.
Kau tahu?
Hari ini aku mencintaimu
Apapun kamu adanya.
Esokpun begitu,
Aku mencintaimu
Lebih dari hari sebelumnya.
Dan cintaku selalu dan selamanya hanya untukmu.
Telah tiba saatnya
Hatiku mesti memilih
Satu di antara dua.
Sebagai pendamping hidup
Yang menemaniku selamanya.
Lalu bagaimana saya mesti memilih,
Saat dua cinta tiba meminang hati?
Tak ingin kusakiti
Satu di antara dua.
Maka,
Tunggulah.
Biarlah waktu
Menunjukan siapa di antaramu yang bisa mengetuk hatiku.
Patah hati memang menyedihkan. Air mata menetes balasannya. Jiwa terguncang lantaran sentuhannya.
Patah hati. Siapa orang yang ingin terluka risikonya? Hanya melalui puisi ini, kutuangkan cerita tentang patah hati.
Kusangka bunga mekar bersemi,
Rupanya layu kemudian mati.
Kusangka bunga harum mewangi,
Rupanya bau jatuh ke bumi.
Kusangka jalinan cinta infinit,
Rupanya selesai sampai di sini.
Bertahun sudah kujalin cinta,
Rupanya cuma sia-sia.
Kalau kutahu begini,
Untuk apa berkorban untukmu selama ini.
\baiklah. lanjut nanti ya\. mau sholat dulu...
baiklah lanjut...
Kudoakan Kau Bahagia
Hati siapa
Yang tak akan terluka
Bila kekasihnya tak setia.
Hati siapa
Yang tak akan kecewa
Bila cintanya dibalas dusta.
Sekian usang
Kita jalin cinta,
Menata gelora asmara,
Akhirnya
Kau pergi
Membawa cintaku.
Walau pedih terasa
Biarlah kudoakan
Agar kau senang.
Ingin kuteriak
Sekuat-kuatnya.
Melepaskan semua rasa
Yang penuh dengan kecewa.
Mengapa kau berikan
Seluruh harapan. Jika alhasil,
Kau ambil lagi seperti semula.
Mengapa semua ini terjadi.
Bukankah dahulu kita pernah berjanji,
Akan bareng menata masa depan?
Kau pernah berkata,
Akan setia meski dalam sulit,
Akan cinta meski dalam sengsara,
Semua sebab cinta.
Tapi kini
Kata tinggalah kata.
Ucapan tinggallah ucapan.
Dan janji tinggalah akad.
Aku memang terluka,
Sedih dan kecewa.
Namun entah mengapa
Namamu selalu di hati.
Hatiku tak kuat,
Meski hanya menahan embusan sepoi angin senja.
Ada cita-cita
Yang masih tersimpan.
Ada semangat
Yang masih membara.
Hanya saja saya memerlukan dirimu, tuk menemaniku.
Di senja yang indah ini,
Tangan-tangan kerinduan menyentuhku. Mengejek diriku. Dan aku begitu lemah saat rindu kepadamu tiba walau tak diundang.
Mengingatmu,
Air mataku tak tertahankan.
Maka aku mulai mengerti
Bahwa engkau masih semuanya.
Jauh kakiku melangkah,
Terasa berat, jikalau tanpamu.
Hadirlah
Meski sesaat seperti purnama yang tiba di kegelapan.
Sekedar menunggu.
Masihkah ada cita-cita
Bahwa kau akan tiba.
Atau aku terlalu kolot
Mengharapkan suatu hati
Yang sudah pergi dan tidak mau kembali lagi.
Kamu.
Ya kau.
Kamu memang pergi,
Tapi lupa menenteng
Segaris cinta yang kau lewati di sini.
Dengan seulas awan tipis
Mengambang indah di sana.
Senja ini begitu mewah,
Saat hati terisi rindu.
Lalu perlahan-lahan
Membayang wajahmu.
Indah sekali.
Lalu
Aku sepi sendiri.
Karena engkau tak di sini.
Selamanya.
Kadang kitapun galau menjalani kehidupan ini. Entah dari harapan yang belum tergapai, gejolak asmara yang tak sesuai impian, bahkan perpisahan dengan orang yang kita cintai.
Di sinilah puisi ini dimulai. Bukan untuk mengikat kesedihan. Melainkan untuk menumpahkan isi hati yang nyaris mengguncang.
Kapankah?
Kapankah tiba saatnya
Saat mimpi menjadi faktual.
Aku berlangsung
Menuju pulau cita-cita.
Namun belum lagi hingga
Badan ini begitu lelah.
Hanya tangis dan air mata,
Yang temaniku dengan setia.
Dimanakah mimpi itu
Kapan dia menjadi aktual.
Agar kucecap rasa senang
Bukan sekedar angan semata.
Kau tahu,
Aku di sini untuk berjuang,
Bukan untuk mengeluhkan.
Menerobos dinginnya malam,
Melewati panasnya terik mentari.
Tidak.
Aku tidak akan menyerah,
Meski badan berdarah-darah.
Piala kehidupan itu
Harus saya rebut.
Lebih baik jadi pejuang,
Meskipun kalah di medan perang.
Daripada jadi pengecut,
Yang lari dari medan kehidupan.
Kamu dan saya
Telah dicatatkan ceritanya.
Maka ialah satu kebodohan
Saat kau menjadi bingung.
Apa yang terjadi
Ia pasti terjadi, meskipun kau berusaha lari.
Apa yang tidak kau dapati,
Ia pasti tidak pernah mengunjungi,
Meskipun kamu berusaha sekuat diri.
Tugas kita yakni:
Bekerja dalam tenang
Menerima penuh qonaah
Setiap orang pernah kecewa. Yang kaya, miskin, orang kota, maupun desa.
Tidak mungkin seseorang lari dari rasa kecewa. Sebab kecewa yaitu salah satu tanda bahwa kita punya rasa.
Semenjak Kepergianmu
Laksana terkurung kerikil karang
Tiada pintu tiada jalan.
Tinggallah kesedihan
Menemani hari-hari
Semenjak kau pergi.
Aku bertanya
Mengapa aku begitu kolot.
Membiarkanmu berjuang sendiri
Memperjuangkan cinta yang suci,
Hanya alasannya takut menghadapi
Masa depan yang tak pasti.
Sebenarnya
Bukan karena aku tak cinta
Hanya aku takut kamu tak senang...
...jika bersamaku.
Apa yang kutakutkan terjadi jua.
Kau dan aku
Harus berpisah. Padahal ada cinta di antara kita.
Aku tahu
Hatimu terluka. Air matamu menitik. Dan jiwamu terguncang.
Tapi
Perlu kamu sadari.
Bisa jadi semua ini yaitu dosa.
Cinta tak seharusnya di jalan kelam,
Karena cinta adalah kebahagiaan.
Lalu bagaimana kita bahagia
Bila kita menerjang larangan
Dari Dia sumber bahagia.
Masih kulihat
Sedihnya hatimu dari sorot mata.
Masih kulihat
Kecewanya haitmu dari senyuman yang tertahankan.
Usah kau ingat lagi.
Harapan itu ada di sini. Mimpi itu berada di depan matamu.
Terimalah diriku,
Pengganti yang lebih baik dari yang dulu.
Yang dulu memperabukan
Laksana api.
Padam telah
Semenjak kamu ingkar komitmen.
Sakit diri alasannya cinta
Sakitnya diri sarat luka.
Bersyukur.
Karena aku telah putus cinta.
Sebab bila bersamamu
Sama saja menawarkan diriku terhadap sengsara.
.
.
.
Cukup telah rupanya. Puisi bingung untuk hati yang kecewa. Entah alasannya adalah cinta, asmara, putus cinta, ataupun alasannya adalah kehidupan yang tak tahu arahnya.
Semoga kau, menemukan cahaya terang di sana. Bersama harapan yang masih tersisa. Atau pulang dahulu ke pangkuan ibu. Menceritakan semuanya. Sebab kasih ibu tersayang senantiasa ada, tak pernah pudar selamanya.
\oke sahabat. hingga di sini dahulu. akuhnya jadi ikut murung\
semoga puisi ini ada yang mampu mewakili sedihnya hatimu, juga\. saya mo istirahat dahulu ya. kamu sih bisa baca lainnnya.
Inilah kehidupan yang tak selamanya indah. Terangkum dalam puisi galau untuk menemanimu, sahabat-sahabatku.
1. Puisi Galau Pendek
Sepi.
Duduk saya sendiri,Di antara ranting-ranting sunyi.
Melangkahkan kaki
Tapi hati cuma ingin berdiam diri.
Engkau telah pergi.
Maka aku sepi. Sendiri. Di sini.
Ingin Kukirim
Ingin kubuatkan lagiSebuah puisi.
Lalu kukirimkan padamu,
Seperti dahulu.
Tapi apa dayaku
Engkau bukan untukku.
Kau dan Dia
Siapakah iaYang bisa runtuhkan
Rasa setia.
Siapakah beliau
Yang bisa mencuri,
Kerinduan dalam hati.
Janjimu musnah
Tak ada lagi saya berharap
Agar engkau kembali.
Terimakasih
Terimakasih untuk kesepakatanUntuk rayuan dan kata dusta.
Terimakasih
Berikan saja semuanya
Untuk ia yang kau cinta.
Aku?
Aku tak memerlukan itu semua.
Pergilah
PergilahJika itu memang inginmu.
Untuk apa di sini
Jika hanya melukai hati.
Pergilah.
Aku tak akan memaksa;
Memaksamu menyakitiku lagi.
Biarlah Bahagia
Izinkan aku bahagiaMeski tanpamu.
Karena aku tahu
saya pernah hidup
meski tak mengenalmu.
Biarkan diriku
Jangan pernah lagi mengusik.
Sebab saya tahu
Aku bisa hidup
Tanpamu, sarat bahagia.
2. Puisi Galau Karena Rindu
Alangkah nestapa untuk mereka yang tak pernah mencicipi rindu. Sebab rindu ialah sebuah rasa. Ia menggelisahkan namun menggembirakan.
Rindu itu menjinjing murung sekaligus suka cita. Oleh alasannya itulah, akan dituliskan bait puisi galau yang disebabkan oleh rindu.
Menunggu Di Ujung Hari
Duduk lagi di sini,Di tepi jendela.
Memandang jauh ke depan,
Berharap engkau akan tiba.
Puas telah diri menanti
Puas telah raga menunggu
Menanti engkau kembali.
Rindu Ini Bagai Gerimis
Rindu ini bagaikan gerimisBergerintik jauh menitik
Ke lantai jiwaku.
Dalam tenang,
Aku mendengar jiwaku berkata,
Bahwa saya mesti setia,
Meski hari ini
Engkau tak pernah mengirim gosip.
Tenanglah Dalam Juangmu
Usah kau risaukan,Usah kamu gundahkan.
Aku di sini
Tetap menanti. Apapun yang terjadi.
Tenanglah
Dalam juangmu.
Bangun era depan kita,
Menatanya serapi mungkin.
Dan jika waktunya tiba,
Tentu kita akan kembali bareng
Dalam suasana yang lebih senang.
Kujaga Setia Ini
Hingga engkau kembaliKan kujaga setiaku ini.
Kurawat sebaik mungkin,
Bagai sekuntum bunga,
Agar tetap bersemi
Harum dan berseri.
Kan kujaga cinta ini
Apapun yang terjadi.
Agar tetap mengalir
Laksana mata air
Yang bergeranjas
Di puncak perbukitan.
Bersamamu, Betapa Manisnya
Bukan mendengar suaramu,Bukan pula melihat gambarmu,
Yang kuingin,
Agar engkau bersamaku.
Aku ingin erat
Menatapmu pribadi,
Menyentuhmu...
Maka bersamamu
Betapa manisnya itu.
3. Puisi Galau Menyentuh Hati
Adakalanya kata-kata tak cukup menggambarkan. Cerita tak cukup untuk mengerti.
Tapi hanya dengan puisi kekhawatiran itu mengejewantah. Maka dengan puisi yang menyentuh hati ini, mari kita teteskan air mata ke dalam. Agar jiwa kian bijaksana.
Menetes Air Mataku
Sedih hatiku
Saat kau tidak mau mengerti.
Bahwa
Jiwaku lelah, letih sekali.
Hatiku sakit, sakit sekali.
Saat kamu berkata
Bahwa kau tak lagi yakin lagi.
Padahal cintaku cuma untukmu,
Setiaku kuberikan seutuhnya. Dan rinduku tak pernah kuberikan kecuali cuma untukmu.
Seandainya engkau tak percaya,
Maka biarlah Tuhan yang melihat,
Bahwa cintaku ini utuh kuberikan untukmu.
Hari Ini, Esok, dan Selamanya
Diamku alasannya aku tahuBangunan cinta ini sudah kita jalin
Berhari-hari lamanya.
Aku tak ingin merobohkan
Hanya alasannya murka sesaatmu.
Kau tahu?
Hari ini aku mencintaimu
Apapun kamu adanya.
Esokpun begitu,
Aku mencintaimu
Lebih dari hari sebelumnya.
Dan cintaku selalu dan selamanya hanya untukmu.
Antara Dua
Telah tiba saatnya
Hatiku mesti memilih
Satu di antara dua.
Sebagai pendamping hidup
Yang menemaniku selamanya.
Lalu bagaimana saya mesti memilih,
Saat dua cinta tiba meminang hati?
Tak ingin kusakiti
Satu di antara dua.
Maka,
Tunggulah.
Biarlah waktu
Menunjukan siapa di antaramu yang bisa mengetuk hatiku.
4. Puisi Galau Karena Patah Hati
Patah hati memang menyedihkan. Air mata menetes balasannya. Jiwa terguncang lantaran sentuhannya.
Patah hati. Siapa orang yang ingin terluka risikonya? Hanya melalui puisi ini, kutuangkan cerita tentang patah hati.
Bertahun, Sia-Sia Rupanya
Kusangka bunga mekar bersemi,
Rupanya layu kemudian mati.
Kusangka bunga harum mewangi,
Rupanya bau jatuh ke bumi.
Kusangka jalinan cinta infinit,
Rupanya selesai sampai di sini.
Bertahun sudah kujalin cinta,
Rupanya cuma sia-sia.
Kalau kutahu begini,
Untuk apa berkorban untukmu selama ini.
Kudoakan Kau Bahagia
\baiklah. lanjut nanti ya\. mau sholat dulu...
baiklah lanjut...
Kudoakan Kau Bahagia
Hati siapa
Yang tak akan terluka
Bila kekasihnya tak setia.
Hati siapa
Yang tak akan kecewa
Bila cintanya dibalas dusta.
Sekian usang
Kita jalin cinta,
Menata gelora asmara,
Akhirnya
Kau pergi
Membawa cintaku.
Walau pedih terasa
Tak ingin kupendam
Biarlah kudoakan
Agar kau senang.
Ingin kuteriak
Sekuat-kuatnya.
Melepaskan semua rasa
Yang penuh dengan kecewa.
Mengapa kau berikan
Seluruh harapan. Jika alhasil,
Kau ambil lagi seperti semula.
Namamu Selalu Di Hati
Aku masih belum yakin,Mengapa semua ini terjadi.
Bukankah dahulu kita pernah berjanji,
Akan bareng menata masa depan?
Kau pernah berkata,
Akan setia meski dalam sulit,
Akan cinta meski dalam sengsara,
Semua sebab cinta.
Tapi kini
Kata tinggalah kata.
Ucapan tinggallah ucapan.
Dan janji tinggalah akad.
Aku memang terluka,
Sedih dan kecewa.
Namun entah mengapa
Namamu selalu di hati.
5. Galau Di Senja Merah
Galau Senjaku
Seperti ilalangHatiku tak kuat,
Meski hanya menahan embusan sepoi angin senja.
Ada cita-cita
Yang masih tersimpan.
Ada semangat
Yang masih membara.
Hanya saja saya memerlukan dirimu, tuk menemaniku.
Di senja yang indah ini,
Tangan-tangan kerinduan menyentuhku. Mengejek diriku. Dan aku begitu lemah saat rindu kepadamu tiba walau tak diundang.
Mengenangmu
Setiap kaliMengingatmu,
Air mataku tak tertahankan.
Maka aku mulai mengerti
Bahwa engkau masih semuanya.
Jauh kakiku melangkah,
Terasa berat, jikalau tanpamu.
Hadirlah
Meski sesaat seperti purnama yang tiba di kegelapan.
Lupamu
Duduk di sini,Sekedar menunggu.
Masihkah ada cita-cita
Bahwa kau akan tiba.
Atau aku terlalu kolot
Mengharapkan suatu hati
Yang sudah pergi dan tidak mau kembali lagi.
Kamu.
Ya kau.
Kamu memang pergi,
Tapi lupa menenteng
Segaris cinta yang kau lewati di sini.
Senja Ini Begitu Indah
Senja ini begitu indahDengan seulas awan tipis
Mengambang indah di sana.
Senja ini begitu mewah,
Saat hati terisi rindu.
Lalu perlahan-lahan
Membayang wajahmu.
Indah sekali.
Lalu
Aku sepi sendiri.
Karena engkau tak di sini.
Selamanya.
6. Tentang Kehidupan Yang Penuh Misteri
Kadang kitapun galau menjalani kehidupan ini. Entah dari harapan yang belum tergapai, gejolak asmara yang tak sesuai impian, bahkan perpisahan dengan orang yang kita cintai.
Di sinilah puisi ini dimulai. Bukan untuk mengikat kesedihan. Melainkan untuk menumpahkan isi hati yang nyaris mengguncang.
Kapankah?
Kapankah tiba saatnya
Saat mimpi menjadi faktual.
Aku berlangsung
Menuju pulau cita-cita.
Namun belum lagi hingga
Badan ini begitu lelah.
Hanya tangis dan air mata,
Yang temaniku dengan setia.
Dimanakah mimpi itu
Kapan dia menjadi aktual.
Agar kucecap rasa senang
Bukan sekedar angan semata.
Tetap Berjuang
Kau tahu,
Aku di sini untuk berjuang,
Bukan untuk mengeluhkan.
Menerobos dinginnya malam,
Melewati panasnya terik mentari.
Tidak.
Aku tidak akan menyerah,
Meski badan berdarah-darah.
Piala kehidupan itu
Harus saya rebut.
Lebih baik jadi pejuang,
Meskipun kalah di medan perang.
Daripada jadi pengecut,
Yang lari dari medan kehidupan.
Jangan Galau Tentang Kehidupan
Setiap kita;Kamu dan saya
Telah dicatatkan ceritanya.
Maka ialah satu kebodohan
Saat kau menjadi bingung.
Apa yang terjadi
Ia pasti terjadi, meskipun kau berusaha lari.
Apa yang tidak kau dapati,
Ia pasti tidak pernah mengunjungi,
Meskipun kamu berusaha sekuat diri.
Tugas kita yakni:
Bekerja dalam tenang
Menerima penuh qonaah
7. Kegalauan Sebab Kecewa
Setiap orang pernah kecewa. Yang kaya, miskin, orang kota, maupun desa.
Tidak mungkin seseorang lari dari rasa kecewa. Sebab kecewa yaitu salah satu tanda bahwa kita punya rasa.
Semenjak Kepergianmu
Laksana terkurung kerikil karang
Tiada pintu tiada jalan.
Tinggallah kesedihan
Menemani hari-hari
Semenjak kau pergi.
Aku bertanya
Mengapa aku begitu kolot.
Membiarkanmu berjuang sendiri
Memperjuangkan cinta yang suci,
Hanya alasannya takut menghadapi
Masa depan yang tak pasti.
Sebenarnya
Bukan karena aku tak cinta
Hanya aku takut kamu tak senang...
...jika bersamaku.
Perpisahan Cinta
AkhirnyaApa yang kutakutkan terjadi jua.
Kau dan aku
Harus berpisah. Padahal ada cinta di antara kita.
Aku tahu
Hatimu terluka. Air matamu menitik. Dan jiwamu terguncang.
Tapi
Perlu kamu sadari.
Bisa jadi semua ini yaitu dosa.
Cinta tak seharusnya di jalan kelam,
Karena cinta adalah kebahagiaan.
Lalu bagaimana kita bahagia
Bila kita menerjang larangan
Dari Dia sumber bahagia.
Jangan Galau
Masih kulihat
Sedihnya hatimu dari sorot mata.
Masih kulihat
Kecewanya haitmu dari senyuman yang tertahankan.
Usah kau ingat lagi.
Harapan itu ada di sini. Mimpi itu berada di depan matamu.
Terimalah diriku,
Pengganti yang lebih baik dari yang dulu.
Putus Cinta
Gejolak asmaraYang dulu memperabukan
Laksana api.
Padam telah
Semenjak kamu ingkar komitmen.
Sakit diri alasannya cinta
Sakitnya diri sarat luka.
Bersyukur.
Karena aku telah putus cinta.
Sebab bila bersamamu
Sama saja menawarkan diriku terhadap sengsara.
.
.
.
Cukup telah rupanya. Puisi bingung untuk hati yang kecewa. Entah alasannya adalah cinta, asmara, putus cinta, ataupun alasannya adalah kehidupan yang tak tahu arahnya.
Semoga kau, menemukan cahaya terang di sana. Bersama harapan yang masih tersisa. Atau pulang dahulu ke pangkuan ibu. Menceritakan semuanya. Sebab kasih ibu tersayang senantiasa ada, tak pernah pudar selamanya.
\oke sahabat. hingga di sini dahulu. akuhnya jadi ikut murung\
semoga puisi ini ada yang mampu mewakili sedihnya hatimu, juga\. saya mo istirahat dahulu ya. kamu sih bisa baca lainnnya.
Posting Komentar untuk "Puisi Galau Yang Menjamah Hati Tentang Rindu Patah Hati #210"