25 Puisi Bucin Duka Kebangetan
Kubutuhkan ketekunan hati ketika mencintaimu. Tapi, semua rindu, cinta, kasih sayang, dan pengorbanan ini tak mungkin sia-sia.
Meskipun kau datang dan pergi mirip pelangi. Hadirnya jikalau ada gerimis saja. Indahnya hanya sesaat. Lalu pergi entah ke mana, tanpa jejak dan tanpa pesan.
Maka kutuliskan puisi bucin ini. Meski kamu menganggap diriku amat lemah, namun saya mempunyai perasaan yang kuat.
Antara puisi dan bunyi liris. Kutuliskan apapun wacana rasa ini. Walau orang menyebutnya selaku puisi bucin. Ah, apa peduliku.
Apa peduliku dengan kesedihan. Semua orang pernah merasakannya. Bahkan orang yang kamu anggap paling senang.
Biarlah sedihku merayapi jiwa. Karena sebuah hari nanti, diapun akan letih. Sama seperti diriku yang mulai lelah mengharapkanmu.
Ada apa dengan diriku?
Rela kehilangan kebahagiaan
Demi kebahagiaanmu.
Rela bekerja keras
Demi kesenanganmu.
Rela menyabarkan diri
demi cinta yang belum pasti.
Tapi sadar atau tidak
Kamu sering membuatku duka.
Jangan berikan ia kecewa
Jangan berikan beliau tangisan
Jangan berikan dia kesedihan.
Entah dengan siapapun beliau
Ingin kulihat senang.
Biarlah saya di sini
Duduk dalam doa.
Moga ia
Menemukan apa yang dicari
Mendapatkan apa yang diminta
Jauh dari murung lara.
Sudah.
Hapus air matamu
Hidup di dunia memang begini
Kadang susah kadang senang.
Kan
Aku di sini.
Dengan telinga yang siap mendengar
Segala keluh kesah dan ceritamu.
Dengan tangan
Yang siap menolong
Agar kamu kembali bangun
Menatap era depanmu.
Di ujung sayang
Ada cinta menggelora
Ada rindu menggebu-gebu
Ada kecewa tak terkira
Ada keinginan yang karam
Ada doa yang selalu terucapkan
Ada kisah yang berlika-liku
Ada air mata sedih dan senang
Di ujung sayang
Semuanya bermuara
Lalu untuknya, rasa ini senantiasa tertumpah.
Puisi tak mesti panjang. Cukuplah satu atau dua baris. Itupun sudah cukup jadi puisi.
Yang pernah bertahan
Dan akhirnya mengalah.
Yang pernah berharap
Padahal ujungnya kecewa.
Yang pernah berkorban
Balasannya nestapa.
Mungkin bukan kau,
Itu aku.
Apa sebabnya
Ketika hujan turun
ia membawakan sederai
gerimis rindu.
Apa iya
Di dalam hujan
Memang ada tetes-tetes kerinduan?
Seperti yang kurasakan
Terlalu usang harus bersabar
Menahan gemericik rindu
Di dalam qolbu.
Segala yang terjadi
Tak perlu di sesali.
Segalanya ialah bagian
Dari hidupku.
Terang gelapnya
Susah senangnya
Suka maupun dukanya.
Nanti
Ketika hujan turun
Tak sendiri lagi, menenteng _
Dirimu ke sisiku.
Maka akan kubuatkan
Secangkir kopi panas
Untukmu.
Kita duduk berdua
Sambil kuhidangkan
Kudapan sederhana.
Kutemani dirimu
Membuat puisi-puisi
Cinta_ dengan diamku
Namun selalu di sisimu.
Hatiku akan sungguh senang
Memandangmu dengan segala pesonanya.
Bibirku tersenyum mesra,
Setiap kali kau lepaskan tatapanmu
Kepada diriku.
Dan jika lelah sudah menghinggapimu
Biarkan diriku mengajakmu istirah.
Berbaring berdua
Dengan pelukan yang mendamaikan.
Meski telah hujan berkali-kali
Selalu saja ada yang berlawanan.
Terlebih dikala kujentikan jemari
Mencoba-coba merangkai kata.
Mengungkapkan apa yang dirasa
Tentang si ia yang mulai lupa.
Bahwa ada seseorang yang setia
Tidak pernah banyak meminta
Kecuali biar beliau mengetahui
Bahwa hadirnya sangat memiliki arti.
Dia bisa saja melangkah pergi
Mencari kesempurnaan wanita
Sampai kesannya dia memahami
Di sisinyalah tersedia telaga cinta.
Menikmati hujan dan membangun mimpi. Duduk berdua. Diam saja. Namun kurasakan kebahagiaan membanjiri hatiku.
Dalam hati saya bertekad untuk membuktikan bahwa kebersamaan ini tak pernah sia-sia. Bahwa pilihanmu tepat dan tak salah.
Akupun menikmati setiap detak dari hidupku. Menjalani setiap jengkal dari perjuanganku. Semuanya tak kurasakan lelahnya alasannya terbayang bagaimana bahagianya diri era melihatmu dihiasi senyuman.
Kita sering berdoa biar hidup ini berlangsung sesuai rencana. Kalaupun tidak, setidaknya Tuhan memperlihatkan kekuatan untuk menghadapinya.
Sementara kamu sering berkata, bahwa kebahagiaan itu bukan hanya tercapainya impian. Setiap detik perjuangan ini justru kebahagiaan yang sebenarnya.
Saat aku berjibaku dengan pelajaran, dengan tugas-peran, ataupun buku yang harus kubaca. Saat bekerja sementara pemasukan cuma pas untuk kebutuhan sehari-hari saja.
Di sanalah indahnya.
Sebab saat berada di puncak, kita akan sama-sama mengingat semua perjuangan.
Meskipun kau datang dan pergi mirip pelangi. Hadirnya jikalau ada gerimis saja. Indahnya hanya sesaat. Lalu pergi entah ke mana, tanpa jejak dan tanpa pesan.
Maka kutuliskan puisi bucin ini. Meski kamu menganggap diriku amat lemah, namun saya mempunyai perasaan yang kuat.
Kunyalakan Harapan
Meski telah pergi ke pantai:menikmati ombaknya, mendengarkan gemericak suara airnya, tetap saja pikiranku cuma tentangmu.
Semakin berupaya melalaikan, semakin kuat ingatan.
Aku tak pernah tahu, hal apa yang kamu punya sehingga mampu memikatku sedemikian rupa? Ataukah memang perasaanku yang lemah. Yang mudah terombang-ambing bagaikan air lautan ini?
Maka, hari ini kuputuskan untuk tetap menyalakan api impian. Bahwa sebuah hari kelak, ada seorang wanita yang rela berkorban sepenuhnya. Dan entah bagaimana sang laki-laki hasilnya menyerahkan cinta untuk dirinya.
Lalu mereka di tamat dongeng mereka berdua sama-sama bahagia.
Ya, itu harapanku.
Kutanamkan dalam-dalam di benak maupun di anggapan. Agar sebuah hari kelak harapan itu bertemu dengan realita.
Jatuh cinta padamu itu gampang. Bahkan sangat mudah. Yang susah yakni bagaimana mencintai seseorang yang tak memperdulikan orang yang peduli padanya.
Maka mencintaimu butuh dogma yang berpengaruh. Harapan yang menyala. Bahkan aku mesti menepiskan segala bisikan dari pengecap-lidah keputusasaan.
Meski telah pergi ke pantai:menikmati ombaknya, mendengarkan gemericak suara airnya, tetap saja pikiranku cuma tentangmu.
Semakin berupaya melalaikan, semakin kuat ingatan.
Aku tak pernah tahu, hal apa yang kamu punya sehingga mampu memikatku sedemikian rupa? Ataukah memang perasaanku yang lemah. Yang mudah terombang-ambing bagaikan air lautan ini?
Maka, hari ini kuputuskan untuk tetap menyalakan api impian. Bahwa sebuah hari kelak, ada seorang wanita yang rela berkorban sepenuhnya. Dan entah bagaimana sang laki-laki hasilnya menyerahkan cinta untuk dirinya.
Lalu mereka di tamat dongeng mereka berdua sama-sama bahagia.
Ya, itu harapanku.
Kutanamkan dalam-dalam di benak maupun di anggapan. Agar sebuah hari kelak harapan itu bertemu dengan realita.
Jatuh cinta padamu itu gampang. Bahkan sangat mudah. Yang susah yakni bagaimana mencintai seseorang yang tak memperdulikan orang yang peduli padanya.
Maka mencintaimu butuh dogma yang berpengaruh. Harapan yang menyala. Bahkan aku mesti menepiskan segala bisikan dari pengecap-lidah keputusasaan.
Antara puisi dan bunyi liris. Kutuliskan apapun wacana rasa ini. Walau orang menyebutnya selaku puisi bucin. Ah, apa peduliku.
1. Puisi Bucin Sedih
Apa peduliku dengan kesedihan. Semua orang pernah merasakannya. Bahkan orang yang kamu anggap paling senang.
Biarlah sedihku merayapi jiwa. Karena sebuah hari nanti, diapun akan letih. Sama seperti diriku yang mulai lelah mengharapkanmu.
1.1 Rela Kehilangan
Ada apa dengan diriku?
Rela kehilangan kebahagiaan
Demi kebahagiaanmu.
Rela bekerja keras
Demi kesenanganmu.
Rela menyabarkan diri
demi cinta yang belum pasti.
Tapi sadar atau tidak
Kamu sering membuatku duka.
1.2 Jangan Kecewakan
Jangan berikan ia kecewa
Jangan berikan beliau tangisan
Jangan berikan dia kesedihan.
Entah dengan siapapun beliau
Ingin kulihat senang.
Biarlah saya di sini
Duduk dalam doa.
Moga ia
Menemukan apa yang dicari
Mendapatkan apa yang diminta
Jauh dari murung lara.
1.3 Hapus Air Matamu
Sudah.
Hapus air matamu
Hidup di dunia memang begini
Kadang susah kadang senang.
Kan
Aku di sini.
Dengan telinga yang siap mendengar
Segala keluh kesah dan ceritamu.
Dengan tangan
Yang siap menolong
Agar kamu kembali bangun
Menatap era depanmu.
Angin ini kenapa menderu begitu kencang. Membawa belahan air hujan. Meletakan cuek ke sumsum tulangku.
Suasana ini membuatku amat sepi. Bukan sepi, namun kesepian. Aku merasa telah ditinggalkan di sebuah kawasan yang begitu ajaib.
Tak seorangpun di sana. Sedangkan kamu beranjak pergi tanpa memperdulikan tangisanku. Aku menjerit memanggilmu. Suaraku seolah hilang. Tenagaku sangat lemah.
Sedikitpun kau tak menoleh. Apalagi berbalik menghampiriku; menyeka air mata, menenangkan gemuruh di dada, dan menyembuhkan luka.
Hanya kesedihan yang mendatangiku. Bagaikan burung bangkai yang siap memangsa. Ia mengitariku dengan cakar-cakarnya yang begitu tajam.
Suasana ini membuatku amat sepi. Bukan sepi, namun kesepian. Aku merasa telah ditinggalkan di sebuah kawasan yang begitu ajaib.
Tak seorangpun di sana. Sedangkan kamu beranjak pergi tanpa memperdulikan tangisanku. Aku menjerit memanggilmu. Suaraku seolah hilang. Tenagaku sangat lemah.
Sedikitpun kau tak menoleh. Apalagi berbalik menghampiriku; menyeka air mata, menenangkan gemuruh di dada, dan menyembuhkan luka.
Hanya kesedihan yang mendatangiku. Bagaikan burung bangkai yang siap memangsa. Ia mengitariku dengan cakar-cakarnya yang begitu tajam.
1.4 Di Ujung Rasa Sayang
Di ujung sayang
Ada cinta menggelora
Ada rindu menggebu-gebu
Ada kecewa tak terkira
Ada keinginan yang karam
Ada doa yang selalu terucapkan
Ada kisah yang berlika-liku
Ada air mata sedih dan senang
Di ujung sayang
Semuanya bermuara
Lalu untuknya, rasa ini senantiasa tertumpah.
2. Puisi Bucin Pendek
Puisi tak mesti panjang. Cukuplah satu atau dua baris. Itupun sudah cukup jadi puisi.
2.1 Cerita dalam Cinta
Yang pernah bertahan
Dan akhirnya mengalah.
Yang pernah berharap
Padahal ujungnya kecewa.
Yang pernah berkorban
Balasannya nestapa.
Mungkin bukan kau,
Itu aku.
2.4 Sedihnya Saat Hujan
Alangkah sedihnya
Saat hujan tetapi tak ada siapa-siapa.
Apalagi jikalau
Tak membuat puisi.
Lebih duka lagi
Saat hujan tergenang banjir.
Apalagi bila
Saat hujan tak mampu berdoa.
Hujan dijatuhkan di bumi nusantara,
Renyai bagaikan gerimis senja.
Lalu puisi terkena sedih
Sebab tak ada kata romantis
Bahkan puisi murung.
Susahnya hidup sepi
Sampai hati cuma merasa
Nelangsa!
Alangkah sedihnya
Saat hujan tetapi tak ada siapa-siapa.
Apalagi jikalau
Tak membuat puisi.
Lebih duka lagi
Saat hujan tergenang banjir.
Apalagi bila
Saat hujan tak mampu berdoa.
3. Puisi Bucin Tentang Hujan
Hujan dijatuhkan di bumi nusantara,
Renyai bagaikan gerimis senja.
Lalu puisi terkena sedih
Sebab tak ada kata romantis
Bahkan puisi murung.
Susahnya hidup sepi
Sampai hati cuma merasa
Nelangsa!
3.1 Hujan Pembawa Rindu
Apa sebabnya
Ketika hujan turun
ia membawakan sederai
gerimis rindu.
Apa iya
Di dalam hujan
Memang ada tetes-tetes kerinduan?
Seperti yang kurasakan
Terlalu usang harus bersabar
Menahan gemericik rindu
Di dalam qolbu.
Segala yang terjadi
Tak perlu di sesali.
Segalanya ialah bagian
Dari hidupku.
Terang gelapnya
Susah senangnya
Suka maupun dukanya.
3.2. Pada Hujan Yang Tak Sendiri
Nanti
Ketika hujan turun
Tak sendiri lagi, menenteng _
Dirimu ke sisiku.
Maka akan kubuatkan
Secangkir kopi panas
Untukmu.
Kita duduk berdua
Sambil kuhidangkan
Kudapan sederhana.
Kutemani dirimu
Membuat puisi-puisi
Cinta_ dengan diamku
Namun selalu di sisimu.
Hatiku akan sungguh senang
Memandangmu dengan segala pesonanya.
Bibirku tersenyum mesra,
Setiap kali kau lepaskan tatapanmu
Kepada diriku.
Dan jika lelah sudah menghinggapimu
Biarkan diriku mengajakmu istirah.
Berbaring berdua
Dengan pelukan yang mendamaikan.
3.3. Aku Telaga Cintamu
Meski telah hujan berkali-kali
Selalu saja ada yang berlawanan.
Terlebih dikala kujentikan jemari
Mencoba-coba merangkai kata.
Mengungkapkan apa yang dirasa
Tentang si ia yang mulai lupa.
Bahwa ada seseorang yang setia
Tidak pernah banyak meminta
Kecuali biar beliau mengetahui
Bahwa hadirnya sangat memiliki arti.
Dia bisa saja melangkah pergi
Mencari kesempurnaan wanita
Sampai kesannya dia memahami
Di sisinyalah tersedia telaga cinta.
Aku tak pernah membayangkan hidup tanpa dirimu. Sebab hari ini bagiku kamu yaitu yang terbaik. Entah besok. Mungkin sangat baik. Dan itu yang kuharapkan.
Kamu tidak senantiasa mementingkan kebahagiaan sendiri. Kebahagiaanku juga kau sangat peduli. Kamu tahu kapan aku bersedih, kapan saya senang, meskipun sengaja tak kuungkapkan.
Semua itu memberi banyak arti. Bahwa kamu memang orang yang sungguh peduli.
Kamu tahu bagaimana caranya mendamaikan hati yang resah. Menenangkanku dikala gelisah. Bahkan membantuku kembali bangkit ketika terjatuh.
Begitu pula dengan caramu menuntutku.
Saat kau menghendaki diriku yang lebih pemahaman, kamu mengajarkan bagaimana menjadi orang pengertian.
Saat kamu menyuruhkan supaya lebih akil balig cukup akal, kau membimbingku sampai saya menjadi baik semampu yang kubisa.
Setelah itu kau memujiku. Seolah kebaikan ini bukan kau yang menghadirkannya.
Kamu tidak senantiasa mementingkan kebahagiaan sendiri. Kebahagiaanku juga kau sangat peduli. Kamu tahu kapan aku bersedih, kapan saya senang, meskipun sengaja tak kuungkapkan.
Semua itu memberi banyak arti. Bahwa kamu memang orang yang sungguh peduli.
Kamu tahu bagaimana caranya mendamaikan hati yang resah. Menenangkanku dikala gelisah. Bahkan membantuku kembali bangkit ketika terjatuh.
Begitu pula dengan caramu menuntutku.
Saat kau menghendaki diriku yang lebih pemahaman, kamu mengajarkan bagaimana menjadi orang pengertian.
Saat kamu menyuruhkan supaya lebih akil balig cukup akal, kau membimbingku sampai saya menjadi baik semampu yang kubisa.
Setelah itu kau memujiku. Seolah kebaikan ini bukan kau yang menghadirkannya.
Mimpi Yang Tak Pernah Usai
Dahulu, kita pernah sama-sama membangun mimpi. Pernah sama-sama saling menguatkan. Kamu ingin meletakan butir-butir kebahagiaan di dalam jiwaku. Begitu pula diriku, ingin sekali memetiki segala keresahan dari dirimu.Menikmati hujan dan membangun mimpi. Duduk berdua. Diam saja. Namun kurasakan kebahagiaan membanjiri hatiku.
Dalam hati saya bertekad untuk membuktikan bahwa kebersamaan ini tak pernah sia-sia. Bahwa pilihanmu tepat dan tak salah.
Akupun menikmati setiap detak dari hidupku. Menjalani setiap jengkal dari perjuanganku. Semuanya tak kurasakan lelahnya alasannya terbayang bagaimana bahagianya diri era melihatmu dihiasi senyuman.
Kita sering berdoa biar hidup ini berlangsung sesuai rencana. Kalaupun tidak, setidaknya Tuhan memperlihatkan kekuatan untuk menghadapinya.
Sementara kamu sering berkata, bahwa kebahagiaan itu bukan hanya tercapainya impian. Setiap detik perjuangan ini justru kebahagiaan yang sebenarnya.
Saat aku berjibaku dengan pelajaran, dengan tugas-peran, ataupun buku yang harus kubaca. Saat bekerja sementara pemasukan cuma pas untuk kebutuhan sehari-hari saja.
Di sanalah indahnya.
Sebab saat berada di puncak, kita akan sama-sama mengingat semua perjuangan.
3.4. Rasanya Baru Kemarin
Rasanya baru kemarin
Hujan turun membasahi kita.
Dan ada komitmen yang terucap
Di antara deru angin.
Menyisakan kenangan kelabu
Hingga menetes air mataku.
Hujan sudah reda
Begitu pula dengan cintamu.
Hanya saja mengapa
Hanya diriku yang berharap?
Apakah kau terlalu berharga
Ataukah mungkin dongeng ini berulang.
Cerita ini bantu-membantu telah berakhir
Hanya saja rasa itu masih tersisa.
4. Puisi Bucin Cinta Dalam Diam
Menulis puisi sedih itu lebih mudah. Seperti juga menulis dongeng-cerita penuh romantika. Karena bergotong-royong kita menggemari rasa itu di dalam hati.
Kita mencintai kesedihan sebagaimana kita juga ingin memeluk kebahagiaan. Kita menikmati murung lara sebagaimana purnama indah.
4.1. Hanya Rasa
Jatuh cinta membisu-diam
Rasanya mirip melihat bunga
Yang mekar dan meningkat .
Ingin kupetik
Tapi jangan. Nanti layu.
Maka kubiarkan rasa ini
Hanya tersembunyi di dalam hati.
Kadang diriku hanya ingin
Merasakan detak cinta
Ketika ia hidup di antara hatiku.
Kalaupun kelak kau pergi
Toh saya tak kehilangan apapun.
4.2. Pilihan
Maafkan diriku,
Setelah saya merenung dalam
Rupanya apa yang kita jalani
Tak pantas untuk dipertahankan.
Hubungan ini
Hanya membuatku habis.
Perasaan tergerus setiap waktu
Sementara kecapekan terus menghinggapiku.
Sedangkan kau, hanya mengerti ihwal perasaan sendiri.
Memang,
Aku pernah memperjuangkan
Dengan begitu keras
Tentang dirimu.
Tetapi bagaimanapun,
Kau memang tak layak
Untuk diperjuangkan.
Andai Saja
Jika nanti kamu tak lagi senang denganku, sebelum pergi, ajarkan aku untuk tidak sakit hati. Sebab dikala orang yang kucintai berlalu pergi, hatiku kesepian.Jangan sampai aku lupa caranya menyembuhkan luka dalam hati. Apalagi membiarkannya tercabik-cabik kepedihan.
Kau tau, aku tak setegar karang di bibir pantai. Yang menyambut pecahnya ombak tanpa ganjalan.
Aku seumpama bunga. Orang memandangnya cantik. Indah di pandangan mata. Akan namun rapuh. Mudah sekali jatuh. Sekali jatuh sukar untuk memperbaikinya.
Andai saja tanganku memiliki seribu cinta, kuberikan satu saja kepadamu. Supaya kamu bahagia.
Selebihnya yaitu untuk diriku sendiri supaya mampu berjaga-jaga, ketika kau campakan cinta itu, aku tak kehilangannya.
Hanya saja, cinta milikku itu cuma satu. Itupun sudah kupersembahkan kepadamu.
4.3. Cinta Dalam Diam
Jatuh cintaku dalam membisu
Takut sekali kuungkapkan.
Bukan alasannya takut mengatakan,
Hanya takut cinta tak disambut.
Biarlah cinta ini dalam diam
Seperti gerimis di waktu pagi
Tiada insan yang peduli.
4.4. Akan Tiba Masanya
Bulan bersinar jelas
Menghiasi gelap malam
Dengan bintang gemintang.
Akan tiba masanya
Pekat malam kan usai
Datang waktu fajar
Merekah merah di ufuk Timur.
Akan tiba masanya
Setiap penantian berakhir
Bertemu dengan kenyataan
Menghadirkan keinginan
Makara realita.
Akan datang masanya
Dimana kebahagiaan
Memelukku bersahabat
Selamanya.
Biarkan Cinta Tumbuh Nanti
Biarkan cinta berkembang nanti. Ketika kita menghalalkannya. Duduk berdua di bangku ijab kabul.Di sanalah bergotong-royong cinta sejati memulai perjalanannya. Menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.
Sedalam apapun cinta ketika ini, bantu-membantu hanyalah imajinasi lemah. Dan hanya menumpuk dosa.
Sementara cinta sejati, setiap langkahnya yakni pahala. Maka izinkan diriku untuk meninggalkan kisah ini seluruhnya.
Biarlah aku menganyam cinta sebagaimana cintanya orang-orang yang beriman. Yang mereka menjinjing cinta itu ke perahu kehidupan. Sedangkan ujungnya ialah surga yang kekal abadi.
Bukan pada cinta yang terlihat mempesona. Padahal di dalamnya hanyalah galau bingung, cemas, dan cemburu yang menghabiskan telaga bahagia.
Aku mencintaimu. Sungguh. Itulah alasanku kenapa mesti meninggalkanmu.
Selesai ditulis. Semenjak hujan turun sampai matahari bersinar jelas. 32.45.32
Posting Komentar untuk "25 Puisi Bucin Duka Kebangetan"